UNIVERSITAS GUNADARMA
PROYEK PRAKTIKUM DASAR
ELEKTRONIKA
CATU DAYA
NAMA NPM KELAS
Joko Suhartono 13411856 2IB02
Mohamad Arief Riyadi 14411553 2IB02
Muhammad Rifai 14411950 2IB02
Rahmat Rega N 15411791 2IB02
|
Laboratorium Teknik Elektro
Universitas Gunadarma
2013
ABSTRAKSI
Pencatu daya DC merupakan bagian terpenting, yang
hampir selalu terdapat pada berbagai pesawat elektronik, misalnya pesawat
televisi, pesawat radio, tape-recorder, komputer. Unit ini digunakan untuk
mengubah tegangan AC dari jala-jala PLN menjadi tegangan DC yang pada umumnya
rendah. Salah satu masalah yang dialami dalam perencanaan pesawat elektronik
adalah besarnya volume dan bobot dari pencatu daya yang dibutuhkan, karena
adanya transformator daya dalam unit catu daya tersebut. Rangkaian Elektronik biasanya membutuhkan tegangan DC,
dengan tegangan yang lebihrendah
dibanding dengan tegangan sambungan listrik yang biasa tersedia, yaitu
sebesar 220VAC. Sedangkan tegangan yang dipakai dalam rangkaian elektronik
biasanya hanya sekitar 3Vsampai 50 V DC. Tegangan tersebut biasanya
diperoleh dari baterai, tetapi penggunaanbaterai sebagai Catu Daya jauh lebih
mahal. Untuk itu dibutuhkan suatu alat yang dapatmengubah daya tegangan 220V AC
menjadi tegangan DC sebesar tegangan yang dibutuhkan.Catu daya mengubah
tegangan masukan AC menjadi daya keluaran DC. Salah satukelemahan dari sistem catu daya yang ada di pasaran yaitu pengubahan
tegangan keluarantidak dapat dilakukan dengan mudah, dan tegangan keluarannya
berubah ubah.
KATA PENGANTAR
Puji
dan Syukur Penulis Panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyusun makalah ini
tepat pada waktunya. Makalah ini membahas tentang Pembuatan Catu Daya
Dalam
penyusunan makalah ini, penulis banyak mendapat tantangan dan hambatan akan
tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak tantangan itu bisa teratasi. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima
kasih kepada teman kami pabri roydo
sianturi yang telah memberikan waktu dan
tempatnya untuk di pakai dalam diskusi dan perakitan alat kelompok kami untuk
itu kami mengucapkan banyak teria kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu
dalam penyusunan makalah ini, semoga bantuannya mendapat balasan yang setimpal
dari Tuhan Yang Maha Esa.
Penulis
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk
penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif dari pembaca sangat penulis
harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.
Akhir
kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita sekalian.
Depok, 1 mei 2013
Penulis
DAFTAR GAMBAR
Hal.
A.
TEGANGAN ARUS
Gambar
II.1.1 Tegangan arus AC.......................................................
10
Gambar
II.1.2 Tegangan arus DC.......................................................
10
B. TRANSFORMATOR
Gambar II.2.1.1 Ilustrasi trafo...............................................................
12
Gambar II.2.1.2 Penentuan polaritas trafo.............................................
13
Gambar II.2.1.3 Trafo step-down untuk
catu daya aplikasi elektronika.. 14
C.
INTERGRATED CIRCUIT
Gambar
II.2.5.1 IC 337.........................................................................
21
Gambar
II.2.5.2 IC 317.........................................................................
21
Gambar
II.2.5.3 IC 7905.......................................................................
21
Gambar
II.2.5.4 IC 7805.......................................................................
21
Gambar
II.2.5.5 IC 7912.......................................................................
21
Gambar
II.2.5.6 IC 7812.......................................................................
21
D.
SUSUNAN RANGKAIAN CATU DAYA
Gambar
III.2.1 Susunan rangkaian catu
daya......................................
24
E. RANGKAIAN
PENYEARAH
Gambar
IV.1.1 Rangkaian Penyearah
Sederhana................................
26
Gambar
IV.1.2 Rangkaian Penyearah
Gelombang Penuh....................
27
Gambar
IV.1.3 Rangkaian Penyearah
Setengah Gelombang Filter C.. 27
Gambar
IV.1.4 Bentuk Gelombang dengan
Filter Kapasitor............... 28
Gambar
IV.1.5 Rangkaian Penyearah
Gelombang Penuh Filter C...... 30
F. VOLTAGE REGULATOR
Gambar
IV.2.1 IC Regulator................................................................
31
Gambar
IV.2.2 Regulator Zenner.........................................................
32
Gambar
IV.2.3 Regulator Zenner Follower.........................................
33
Gambar
IV.2.4 Regulator dengan Op-Amp.........................................
34
Gambar
IV.2.5 Regulator dengan IC...................................................
35
G. BLOK
DIAGRAM
Gambar
IV.3.1 Blok Diagram..............................................................
36
Gambar
IV.3.2 Blok Diagram Alur......................................................
36
DAFTAR
ISI
Hal.
ABSTRAKSI ...................................................................... 1
KATA PENGANTAR ........................................................ 2
DAFTAR GAMBAR...........................................................
3
DAFTAR ISI ....................................................................... 5
BAB
I PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang ................................................................... 7
I.2 Perumusan
Masalah ........................................................... 7
I.3
Pembatasan Masalah ........................................................... 7
I.4
Tujuan Penulisan ................................................................. 8
I.5
Metode Penulisan................................................................
8
BAB
II LANDASAN TEORI
II.1 Teori dasar…........................................................................
10
II.2 Komponen utama dan pendukung catu daya....................... 11
II.2.2 Transformator.......................................................................
11
III.2.3
Dioda....................................................................................
15
III.2.4 Filter
(Penyaring)..................................................................
19
III.2.5 ..................................................................................... Stabilizer dan Regulator 19
BAB
III PERANCANGAN ALAT
III.1 Komponen Alat dan Bahan.................................................. 23
III.2 Langkah Pembuatan Alat..................................................... 24
III.3 Prinsip Kerja ……………………………………………. 25
BAB
IV ANALISA DAN PEMBAHASAN
IV.1 Penyearah
(Rectifier)............................................................
26
IV.2
Voltage Regulator.................................................................
30
IV.3
Blok Diagram........................................................................
36
BAB
V PENUTUP
V.1 Kesimpulan
.......................................................................... 37
V.2 Saran
.................................................................................... 37
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Catu
daya atau power supply merupakan suatu rangkaian elektronik yang mengubah arus
listrik bolak-balik menjadi arus listrik searah. Catu daya menjadi bagian yang
penting dalam elektonika yang berfungsi sebagai sumber tenaga listrik misalnya
pada baterai atau accu. Catu daya (Power Supply) juga dapat digunakan sebagai
perangkat yang memasok listrik energi untuk satu atau lebih beban listrik.
Secara
umum prinsip rangkaian catu daya terdiri atas komponen utama yaitu ;
transformator, dioda dan kondensator. Dalam pembuatan rangkaian catu daya,
selain menggunakan komponen utama juga diperlukan komponen pendukung agar
rangkaian tersebut dapat berfungsi dengan baik. Komponen Pendukung tersebut antara
lain : sakelar, sekering (fuse), lampu indicator, voltmeter dan amperemeter,
jack dan plug, Printed Circuit Board (PCB), kabel dan steker, serta Chasis.
Baik komponen utama maupun komponen pendukung sama sama berperan penting dalam
rangkaian catu daya.
I.2. Tujuan Dan Manfaat Penulisan
Adapun
tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memahami prinsip kerja berbagai
macam catu daya.
Manfaat
penulisan makalah ini bagi penulis adalah mendapatkan pengertian dan penjelasan
tentang pembuatan Catu Daya. Sedangkan bagi para pembaca, diharapkan semoga
makalah ini dapat menjadi sumbangan dalam memperkaya pengetahuan dan memberikan
kesempatan untuk mempelajarinya lebih lanjut.
I.3.Batasan
Masalah
Masalah-masalah yang dibahas dalam
perancangan catu daya dibuat agar tidak menyimpang dari pembahasan yang ada,
sehingga diperlukan suatu batasan-batasan. Pembatasan masalah yang dibahas
adalah sebagai berikut:
1. Produk
yang dirancang hanya catu daya.
2. Tegangan
keluaran yang dibuat hanya 5 volt, 12 volt, dan nilai variabel dalam bentuk
potensio.
3. Pengukuran
tegangan keluaran berupa data empiris.
4. Pengukuran
tegangan menggunakan multimeter.
I.4.Metode
Penulisan
Metode penulisan
digunakan untuk dapat merancang proyek catu daya. Metode penulisan ini terdiri
dari beberapa langkah yang diharapkan dapat memperkuat pemahaman mengenai
metode penulisan dari awal hingga akhir.
Langkah pertama
adalah permasalahan, permasalahan tersebut meliputi pembuatan catu daya
berdasarkan konsep dasar elektonika dan tinjauan teori-teori yang telah ada.
Langkah
selanjutnya adalah mempelajari literatur, di dalam pembuatan laporan akhir ini
mempelajari literatur adalah untuk mencari informasi-informasi awal tentang
metode dan konsep yang digunakan di dalam penulisan. Mempelajari literatur ini
dikaitkan dengan menggunakan konsep dasar elektronika. Konsep tersebut pada
akhirnya dapat diterapkan untuk laporan akhir yang dibahas.
Langkah
selanjutnya yang dilakukan adalah membuat tujuan penulisan. Tujuan
penulisan merupakan rumusan kalimat yang menunjukan adanya sesuatu yang ingin
diperoleh setelah kegiatan selesai dilakukan. Berdasarkan beberapa permasalahan
yang telah ada, diharapkan penulis dapat mengetahui tujuan dari laporan akhir
tersebut.
Membuat
perancangan yang dilakukan adalah dengan cara mengaplikasikan dasar teori yang
telah ada dan menggunakannya dalam perhitungan perancangan, sehingga dapat
diketahui mekanisme kerja yang diinginkan.
Langkah
selanjutnya adalah pengujian pengukuran, untuk menyelesaikan catu daya,
tegangan yang diperoleh harus diuji terlebih dahulu. Pengujian tegangan
dimaksudkan untuk menguji apakah tegangan memenuhi syarat yang ada atau tidak,
jika syarat belum terpenuhi, maka harus dilakukan pengukuran ulang.
Analisis,
dimaksudkan untuk menjelaskan hasil-hasil yang didapat dari pengukuran.
Membandingkan dimaksudkan untuk melihat apakah ada perbedaan antara hasil yang
didapat dengan teori yang telah ada. Langkah terakhir yang dilakukan adalah
menarik kesimpulan. Kesimpulan berfungsi untuk menjawab tujuan penulisan yang
ada. Saran diberikan untuk memberikan masukan agar praktikum ke depannya dapat
lebih baik lagi.
BAB II
PEMBAHASAN
II.1. Teori Dasar
Catu daya merupakan suatu Rangkaian
yang paling penting bagi sistem elektronika. Ada dua sumber catu daya yaitu
sumber AC dan sumber DC. Sumber AC yaitu sumber tegangan bolak – balik,
sedangkan sumber tegangan DC merupakan sumber tegangan searah.
Bila
dilihat dengan osiloskop seperti berikut :
Gambar
II.1.1 Tegangan arus AC
Gambar
II.1.2 Tegangan arus DC
Sumber Tegangan Bila diamati sumber
AC tegangan berayun sewaktu-waktu pada kutub positif dan sewaktu-waktu pada
kutub negatif, sedangkan sumber AC selalu pada satu kutub saja, positif saja
atau negatif saja. Dari sumber AC dapat disearahkan menjadi sumber DC dengan
menggunakan rangkaian penyearah yang di bentuk dari dioda. Catu
daya adalah suatu sistem filter penyearah
(rectifier-filter) yang mengubah tegangan AC menjadi tegangan DC murni. Catu daya (Power Supply) adalah sebuah perangkat
yang memasok listrik energi untuk satu atau lebih beban listrik. Catu daya menjadi bagian yang penting dalam elektonika yang berfungsi
sebagai sumber tenaga listrik misalnya pada baterai atau accu. Pada dasarnya power supply ini mempunyai konstruksi
rangkaian yang hampir sama yaitu terdiri dari trafo, penyearah, dan penghalus
tegangan. Istilah ini paling sering
diterapkan ke perangkat yang mengubah satu bentuk energi listrik yang lain,
meskipun juga dapat merujuk ke perangkat yang mengkonversi bentuk energi lain
(misalnya, mekanik, kimia, solar) menjadi energi listrik. Secara umum prinsip
rangkaian catu daya terdiri atas komponen utama yaitu ; transformator, dioda
dan kondensator. Dalam pembuatan rangkaian catu daya selain
menggunakan komponen utama juga diperlukan komponen pendukung agar rangkaian
berfungsi dengan baik menggunakan komponen antara lain : multimeter digital dan
analog, proto board, kabel jumper, penjepit buaya, dioda bridge, kapasitor 0,01
dan 2200μF , trafo CT 1A, resistor 330Ω, IC regulator 7805 dan 7812, sakelar, sekering ( fuze ), lampu indicator,
voltmeter dan amperemeter, jack dan plug, Printed Circuit Board ( PCB ), kabel
dan steker, serta Chasis.
II.2. Komponen Utama dan Pendukung Catu Daya
1. Transformator
Trafo
atau transformator merupakan komponen utama dalam membuat rangkaian catu daya
yang berfungsi untuk mengubah tegangan listrik. Trafo dapat menaikkan dan
menurunkan tegangan. Berdasarkan tegangan yang dikeluarkan dari belitan
scundair dibagi menjadi 2 yaitu:
a).
Step up (penaik tegangan) apabila tegangan belitan scundair yang kita butuhkan
lebih tinggi dari tegangan primair ( jala listrik).
b).
Step down (penurun tegangan) apabila tegangan belitan scundair yang kita
butuhkan lebih rendah dari tegangan primair (jala listrik).
Setiap
kumparan terdiri atas belitan-belitan sebanyak N buah lilit. Ilustrasi dari
sebuah trafo digambarkan pada Gambar
Gambar
II.2.1.1 Ilustrasi Trafo
Jika
kita anggap kumparan 1 adalah sebagai kumparan primer, maka dengan adanya I1,
maka di dalam inti besi akan muncul fluks magnetik. Jika fluks magnetik yang
muncul pada inti besi adalah berubah-ubah, maka pada kumparan sekunder akan
muncul beda potensial. Fluks magnetik yang berubah-ubah ini dapat dibangkitkan
jika V1 adalah sumber tegangan AC. Besarnya tegangan pada kumparan primer
adalah sebanding dengan rasio jumlah lilit pada kumparan sekunder terhadap
primer. Dari Gambar 1 dapat dilihat N1 sebanyak 3 lilit, sedangkan N2 adalah
sebanyak 2 lilit, sehingga secara ideal, perbandingan tegangan antara V1
terhadap V2 adalah sebanding dengan N1 terhadap N2.
Dengan
mempertimbangkan kesamaan arah fluks magnetik yang dibangkitkan oleh arus
kumparan primer serta sekunder, maka dapat diturunkan kesepakatan tentang titik
(dot convention) dari kumparan trafo, yang selanjutnya dikenal juga sebagai
polaritas kumparan trafo. Penentuan titik pada kumparan primer dan sekunder
didasarkan pada aturan tangan kanan. Sebagai contoh, pada Gambar 2 (sebelah
kiri), jika arus masuk melalui terminal a, maka arah fluks magnetik yang
muncul dalam inti trafo adalah sama dengan jika arus dimasukan juga
melalui terminal d (ingat aturan tangan kanan). Sehingga polaritas pada terminal
a adalah sama dengan pada terminal d. Untuk selanjutnya pada terminal a dan d
diberi tanda titik.
Polaritas
trafo sangat penting untuk diketahui jika kita akan memparalelkan trafo (untuk
meningkatkan daya trafo) ataupun men-serikan trafo (untuk meningkatkan tegangan
trafo).
Gambar
II.2.1.2. Penentuan polaritas trafo.
Gambar
3 berikut adalah contoh dari trafo jenis step-down untuk catu daya aplikasi
elektronika.
Gambar
II.2.1.3. Trafo step-down untuk catu daya aplikasi elektronika.
Berdasarkan
pemasangan gulungannya dikenal 2 (dua) macam trafo yaitu:
a). Trafo tanpa center tap (CT)
a). Trafo tanpa center tap (CT)
b).
Trafo dengan center tap (CT)
2.
Dioda
Pengertian
Dioda adalah jenis komponen pasif yang berfungsi terutama sebagai
penyearah. Dioda memiliki dua kutub yaitu kutub anoda dan kutub katoda. Dioda
terbuat dari dua bahan atau yang biasa di sebut dengan dioda semi
konduktor yaitu bahan tipe-p menjadi sisi anode sedangkan bahan tipe-n
menjadi katode.
Pada
sambungan dua jenis berlawanan ini akan muncul daerah deplesi yang akan membentuk
gaya barier. Gaya barier ini dapat ditembus dengan tegangan + sebesar 0.7 volt
yang dinamakan sebagai break down voltage, yaitu tegangan minimum dimana dioda
akan bersifat sebagai konduktor/penghantar arus listrik.
Bergantung
pada polaritas tegangan yang diberikan kepadanya,pengertian dioda bisa
berlaku sebagai sebuah saklar tertutup (apabila bagian anode mendapatkan
tegangan positif sedangkan katodenya mendapatkan tegangan negatif) dan berlaku
sebagi saklar terbuka (apabila bagian anode mendapatkan tegangan negatif
sedangkan katode mendapatkan tegangan positif).
Gambar
II.2.2.1 Anoda dan Katoda pada dioda
Jenis-jenis
dioda ada berbagai macam yaitu dioda silikon, dioda zener dan dioda bridge.
Jenis dioda silikon banyak di gunakan pada peralatan catu daya sebagai
penyearah arus dan pengaman tegangan kejut. Jenis dioda zener di gunakan untuk
membatasi atau mengatur tegangan. Sedangkan jenis dioda bridge banyak di
gunakan pada rangkaian catu daya sebagai penyearah gelombang penuh (full
wave rectifier).
Secara
umum semua dioda memiliki konstruksi dan prinsip kerja yang
sama. Macam-macam dioda pada dasarnya terbentuk oleh sambungan PN
yang secara fisik dioda dikenali melalui nama elektrodanya yang khas yaitu,
anode dan katode.
Walaupun
pengertian dioda kristal (semikonduktor) dipopulerkan sebelum dioda termionik,
dioda termionik dan dioda kristal dikembangkan secara terpisah pada waktu yang
bersamaan. Prinsip kerja dari dioda termionik ditemukan olehFrederick Guthrie
pada tahun 1873 Sedangkan prinsip kerja dioda kristal ditemukan pada tahun 1874
oleh peneliti Jerman, Karl Ferdinand Braun.
Dalam
pemasangannya pengertian dioda harus terpasang dengan benar, tidak
boleh terbalik. Secara fisik kaki katoda ( K ) adalah kaki yang dekat dengan
tanda gelang yang terdapat pada body-nya. Untuk mengetahui sebuah pengertian
dioda masih bagus atau sudah rusak adalah dengan menggunakan AVO Meter.
Fungsi Dioda dalam komponen elektronika adalah sebagai, penyerah arus, sebagai catu daya, sebagai penyaring atau pendeteksi dan untuk stabilisator tegangan. Dioda adalah komponen aktif yang memiliki dua terminal yang melewatkan arus listrik hanya satu arah.
Fungsi Dioda dalam komponen elektronika adalah sebagai, penyerah arus, sebagai catu daya, sebagai penyaring atau pendeteksi dan untuk stabilisator tegangan. Dioda adalah komponen aktif yang memiliki dua terminal yang melewatkan arus listrik hanya satu arah.
Dioda memiliki dua elektroda aktif dimana isyarat listrik dapat mengalir, dan kebanyakan diode digunakan karena karakteristik satu arah yang dimilikinya. Dioda varikap (VARIable CAPacitor/kondensator variabel) digunakan sebagai kondensator terkendali tegangan.
Dalam dunia otomotif, fungsi dioda sangat di perlukan pada sistem pengisian alternatol/dinamo isi dimana tegangan AC yang di bangkitkan oleh alternator di searahkan menjadi tegangan DC oleh dioda sebagai sumber suplay tegangan ke beban serta sebagai charger accu/aki dengan 12 volt melalui IC regulator alternator.
Gambar
II.2.2.2 Jenis –jenis Dioda
Jenis dioda juga bermacam-macam, seperti Dioda silicon, Dioda germanium, Dioda zener dan LED (Light Emitting Dioda). Fungsi dioda ini sangat berlainan, karena memiliki perbedaan pada aspek fisik baik ukuran geometrik, tingkat pengotoran, jenis elektrode ataupun jenis pertemuan.
Selain sebagai penyerah arus, fungsi dioda juga bisa di gunakan sebagai detector yaitu untuk mendeteksi sinyal-sinyal kecil. Dioda zener dipakai sebagai stabilisator tegangan catu daya sedangkan dioda LED (Light Emitting Dioda) yaitu dioda yang dapat memancarkan cahaya biasanya dipakai sebagai lampu control.
Sebagian besar jenis dioda seringkali disebut karakteristik menyearahkan. Fungsi dioda paling umum adalah untuk memperbolehkan arus listrik mengalir dalam suatu arah (disebut kondisi panjar maju) dan untuk menahan arus dari arah sebaliknya (disebut kondisi panjar mundur). Itu sebabnya, dioda dapat dianggap sebagai versi elektronik dari katup pada transmisi cairan.
Karakteristik dioda atau kurva I–V, berhubungan langsung dengan perpindahan dari pembawa melalui yang dinamakan lapisan penipisan atau daerah pemiskinan yang terdapat pada pertemuan p-n di antara semikonduktor.
Pada
diode p-n, arus mengalir dari sisi tipe-p (anode) menuju sisi tipe-n (katode),
tetapi tidak mengalir dalam arah sebaliknya. Itu lah yang dinamakan
Dioda semikonduktor. Tipe lain dari diode semikonduktor
adalah diode Schottky yang dibentuk dari pertemuan antara logam dan
semikonduktor.
Dioda Rectifier
(Penyearah)
Peranan
rectifier dalam rangkaian catu daya adalah untuk mengubah tegangan listrik AC
yang berasal dari trafo step- down atau trafo adaptor menjadi tegangan listrik
arus searah DC.
a).
Penyearah Setengah Gelombang
Dalam
komponen elektronika penyearah setengah gelombang disebut juga Half Wave
Rectifier.
b).Penyearah
Gelombang Penuh
Dalam
komponen elektronika penyearah gelombang penuh disebut juga Full Wave Rectifier.
3. Filter (Penyaring)
Penyaring
atau filter merupakan bagian yang terdiri dari kapasitor yang berfungsi sebagai
penyaring atau meratakan tegangan listrik yang berasal dari rectifier. Selain
menggunakan filter juga menggunakan resistor sebagai tahanan.
4. Stabilizer dan Regulator
Stabilizer
dan regulator adalah bagian yang terdiri dari komponen dioda zener, transistor,
komponen IC atau kombinasi dari ketiga komponen tersebut. Komponen ini
berfungsi sebagai penstabil dan pengatur tegangan (regulator) yang berasal dari
rangkaian penyaring.
5.
Komponen IC
Integrated
Circuit (IC) adalah suatu komponen elektronik yang dibuat dari bahan semi
conductor, dimana IC merupakan gabungan dari beberapa komponen seperti
Resistor, Kapasitor, Dioda dan Transistor yang telah terintegrasi menjadi
sebuah rangkaian berbentuk chip kecil, IC digunakan untuk beberapa keperluan
pembuatan peralatan elektronik agar mudah dirangkai menjadi peralatan yang
berukuran relatif kecil.
Keunggulan
IC (Advantages)
IC
telah digunakan secara luas diberbagai bidang, salah satunya dibidang industri
Dirgantara, dimana rangkaian kontrol elektroniknya akan semakin ringkas dan
kecil sehingga dapat mengurangi berat Satelit, Misil dan jenis-jenis pesawat
ruang angkasa lainnya. Desain komputer yang sangat kompleks dapat dipermudah,
sehingga banyaknya komponen dapat dikurangi dan ukuran motherboardnya dapat
diperkecil. Contoh lain misalnya IC digunakan di dalam mesin penghitung
elektronik(kalkulator), juga telepon seluler(ponsel) yang bentuknya relatif
kecil.
Di
era teknologi canggih saat ini, peralatan elektronik dituntut agar mempunyai
ukuran dan beratnya seringan dan sekecil mungkin, dan hal itu dapat
dimungkinkan dengan penggunaannya IC.
Selain
ukuran dan berat IC yang kecil dan ringan, IC juga memberikan keuntungan lain
yaitu bila dibandingkan dengan sirkit-sirkit keonvensional yang banyak
menggunakan komponen, IC dengan sirkit yang relatif kecil hanya mengkonsumsi
sedikit sumber tenaga dan tidak menimbulkan panas berlebih sehingga tidak
membutuhkan pendinginan (cooling system).
Pada
uraian sebelumnya nampak seolah-olah IC begitu sempurna dibanding komponen
elektronik konvensional, padalah tak ada sesuatu komponen yang tidak memiliki
kelemahan.
Kelemahan
IC antara lain adalah keterbatasannya di dalam menghadapi kelebihan arus
listrik yang besar, dimana arus listrik berlebihan dapat menimbulkan panas di
dalam komponen, sehingga komponen yang kecil seperti IC akan mudah rusak jika
timbul panas yang berlebihan.
Demikian
pula keterbatasan IC dalam menghadapi tegangan yang besar, dimana tegangan yang
besar dapat merusak lapisan isolator antar komponen di dalam IC Contoh
kerusakan misalnya, terjadi hubungan singkat antara komponen satu dengan lainnya
di dalam IC, bila hal ini terjadi, maka IC dapat rusak dan menjadi tidak
berguna.
Gambar II.2.5.1 IC 337 Gambar II.2.5.2. IC 317
Gambar II.2.5.3 IC 7905
Gambar II.2.5.4 IC 7805
Gambar II.2.5.5 IC 7912 Gambar II.2.5.6 IC 7812
Selain
komponen utama dalam pembuatan rangkaian catu daya juga menggunakan berbagai
komponen pendukung lainnya seperti sakelar, sekering, lampu indicator,
voltmeter, multimeter, PCB ( Printed Circuit Board) dan berbagai komponen
pendukung lainnya.
BAB III
PERANCANGAN
ALAT
Dalam pembuatan catu daya kali ini, kita harus melewati
langkah - langkah yang tidak bisa dilewati. Catu daya yang dirancang kali ini
ditentukan outputnya yaitu +5 volt, -5 volt, +12 volt, -12 volt, dan variabel.
III.1 Komponen Alat
dan Bahan
Sebelum masuk
kelangkah-langkah pembuatan catu daya,perlu disiapkan alat, bahan dan komponen
yang diperlukan sebagai berikut:
- Solder
- Timah secukupnya
- Bor
- Papan PCB
- Travo 3 Ampere
- Dioda Bridge
- Capasitor Polar 10uF/16V
- IC
- Resistor
- LED warna merah dan hijau
- Sekring 1 Ampere + soket
- Kabel AC
- Binding Post
- Transistor
- Sakelar
- Spidol FM
III.2 Langkah-langkah Pembuatan Catu
Daya
Setelah
komponen tersebut ada, kita akan mulai merangkai rangkaian Catu Daya
tersebut. Kemudian akan diperlukan gambar susunan rangkaian Catu Daya ini.
Berikut adalah contoh gambar susunan rangkaian Catu Daya.
Gambar
III.2.1 Susunan Rangkaian Catu Daya
Setelah
memperoleh gambar rangkaian ini rangkailah komponen sesuai dengan rangkaian
diatas. Dalam merangkai rangkaian ini ada beberapa hal yang harus diperhatikan.
Pertama
dalam memasang dioda (gunakan dioda brige 4 Ampere) dioda ini memiliki 4 buah
kaki yang berisi simbul +, -, dan 2 buah simbol ~.1 kaki yang berisi gambar ~
dihubungkan dengan travo yang berisi angka 12V, dan kaki yang bergambar ~ yang
lainnya dihubungkan dengan travo yang berisi tanda 0. Kemudian kaki dioda yang
bergambar + dihubungkan dengan kaki + capasitor, dan kaki dioda yang berisi
gambar -, dihubungkan dengan kaki – kapasitor.
Kemudian
kaki + capasitor dihubungkan dengan kaki input dari IC 7805 (IC ini berisi 3 kaki, untuk lebih
jelasnya lihat data Sheet yang disediakan di akhir pembahasan ini), dan kaki –
kapasitor dihubungkan dengan kaki Ground/- dari IC 7805.
Setelah
itu kaki ke tiga dari IC 7805 yang merupakan kaki
keluaran yang harus di hubungkan dengan
kaki + kapasitor yang ke 2, dan Ground dari IC 7805 dihubungkan dengan kaki – dari
kapasitor ke 2.
Kemudian
pada kaki + pada kapasitor ke 2 dipasangkan kabel yang berisi jepit buaya warna
merah, dan pada kaki – kapasitor ke 2 dipasangkan kaber yang berisi jepit buaya
warna hitam.
Dan
yang terakhir adalah memasang kabel AC yang sudah berisi
sekring pada travo. Cara pemasangannya sangat mudah yaitu memasangkan salah
satu bagian kabel AC ke travo yang berisi tanda 220V dan bagian lain dari kabel
AC dipasangkan pada travo yang bertandakan 0 di sebelah tanda 220V.
III.3 Prinsip Kerja Catu Daya
Perangkat
elektronika mestinya dicatu oleh suplai arus searah DC (direct current)
yang stabil agar dapat bekerja dengan baik. Baterai atau accu adalah sumber
catu daya DC yang paling baik. Namun untuk aplikasi yang membutuhkan catu daya
lebih besar, sumber dari baterai tidak cukup. Sumber catu daya yang besar
adalah sumber bolak-balik AC (alternating current) dari pembangkit
tenaga listrik. Untuk itu diperlukan suatu perangkat catu daya yang dapat
mengubah arus AC menjadi DC. Pada tulisan kali ini disajikan prinsip rangkaian
catu daya (power supply) linier mulai dari rangkaian penyearah yang
paling sederhana sampai pada catu daya yang ter-regulasi.
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Perangkat elektronika mestinya dicatu oleh suplai arus searah
DC (direct current) yang stabil agar dapat bekerja dengan baik. Baterai
atau accu adalah sumber catu daya DC yang paling baik. Namun untuk aplikasi
yang membutuhkan catu daya lebih besar, sumber dari baterai tidak cukup. Sumber
catu daya yang besar adalah sumber bolak-balik AC (alternating current)
dari pembangkit tenaga listrik. Untuk itu diperlukan suatu perangkat catu daya
yang dapat mengubah arus AC menjadi DC. Prinsip rangkaian catu daya (power
supply) linier mulai dari rangkaian penyearah yang paling sederhana sampai
pada catu daya yang ter-regulasi.
IV.1. Penyearah
(Rectifier)
Prinsip
penyearah (rectifier) yang paling sederhana ditunjukkan pada gambar-1
berikut ini. Transformator (T1) diperlukan untuk menurunkan tegangan AC dari
jala-jala listrik pada kumparan primernya menjadi tegangan AC yang lebih kecil
pada kumparan sekundernya.
Gambar
IV.1.1 Rangkaian penyearah sederhana
Pada
rangkaian ini, dioda (D1) berperan hanya untuk merubah dari arus AC menjadi DC
dan meneruskan tegangan positif ke beban R1. Ini yang disebut dengan penyearah
setengah gelombang (half wave). Untuk mendapatkan penyearah gelombang penuh (full
wave) diperlukan transformator dengan center tap (CT) seperti pada
gambar-2.
Gambar
IV.1.2 Rangkaian penyearah gelombang penuh
Tegangan
positif phasa yang pertama diteruskan oleh D1 sedangkan phasa yang berikutnya
dilewatkan melalui D2 ke beban R1 dengan CT transformator sebagai common
ground.. Dengan demikian beban R1 mendapat suplai tegangan gelombang penuh
seperti gambar di atas. Untuk beberapa aplikasi seperti misalnya untuk men-catu
motor dc yang kecil atau lampu pijar dc, bentuk tegangan seperti ini sudah
cukup memadai. Walaupun terlihat di sini tegangan ripple dari kedua
rangkaian di atas masih sangat besar.
Gambar
IV.1.3 Rangkaian penyearah setengah gelombang dengan filter C
Gambar
3 adalah rangkaian penyearah setengah gelombang dengan filter kapasitor C yang
paralel terhadap beban R. Ternyata dengan filter ini bentuk gelombang tegangan
keluarnya bisa menjadi rata. Gambar-4 menunjukkan bentuk keluaran tegangan DC
dari rangkaian penyearah setengah gelombang dengan filter kapasitor. Garis b-c
kira-kira adalah garis lurus dengan kemiringan tertentu, dimana pada keadaan
ini arus untuk beban R1 dicatu oleh tegangan kapasitor. Sebenarnya garis b-c
bukanlah garis lurus tetapi eksponensial sesuai dengan sifat pengosongan
kapasitor.
Gambar
IV.1.3 Bentuk gelombang dengan filter kapasitor
Kemiringan
kurva b-c tergantung dari besar arus (I) yang mengalir ke beban R. Jika arus I
= 0 (tidak ada beban) maka kurva b-c akan membentuk garis horizontal. Namun
jika beban arus semakin besar, kemiringan kurva b-c akan semakin tajam.
Tegangan yang keluar akan berbentuk gigi gergaji dengan tegangan ripple
yang besarnya adalah :
Vr = VM -VL ………. (1)
dan
tegangan dc ke beban adalah Vdc = VM + Vr/2
….. (2)
Rangkaian
penyearah yang baik adalah rangkaian yang memiliki tegangan ripple
paling kecil. VL adalah tegangan discharge atau pengosongan
kapasitor C, sehingga dapat ditulis :
VL = VM e -T/RC ………. (3)
Jika
persamaan (3) disubsitusi ke rumus (1), maka diperoleh :
Vr = VM (1 – e -T/RC) …… (4)
Jika
T << RC, dapat ditulis : e -T/RC » 1 – T/RC ….. (5)
sehingga
jika ini disubsitusi ke rumus (4) dapat diperoleh persamaan yang lebih
sederhana :
Vr = VM(T/RC) …. (6)
VM/R
tidak lain adalah beban I, sehingga dengan ini terlihat hubungan antara beban
arus I dan nilai kapasitor C terhadap tegangan ripple Vr.
Perhitungan ini efektif untuk mendapatkan nilai tengangan ripple yang
diinginkan.
Vr = I T/C … (7)
Rumus
ini mengatakan, jika arus beban I semakin besar, maka tegangan ripple
akan semakin besar. Sebaliknya jika kapasitansi C semakin besar, tegangan ripple
akan semakin kecil. Untuk penyederhanaan biasanya dianggap T=Tp, yaitu
periode satu gelombang sinus dari jala-jala listrik yang frekuensinya 50Hz atau
60Hz. Jika frekuensi jala-jala listrik 50Hz, maka T = Tp = 1/f = 1/50 = 0.02
det. Ini berlaku untuk penyearah setengah gelombang. Untuk penyearah gelombang
penuh, tentu saja fekuensi gelombangnya dua kali lipat, sehingga T = 1/2 Tp =
0.01 det.
Penyearah
gelombang penuh dengan filter C dapat dibuat dengan menambahkan kapasitor pada
rangkaian gambar 2. Bisa juga dengan menggunakan transformator yang tanpa CT,
tetapi dengan merangkai 4 dioda seperti pada gambar-5 berikut
Gambar
IV.1.4 Rangkaian penyearah gelombang penuh dengan kapasitor C
Sebagai
contoh, anda mendisain rangkaian penyearah gelombang penuh dari catu jala-jala
listrik 220V/50Hz untuk mensuplai beban sebesar 0.5 A. Berapa nilai kapasitor
yang diperlukan sehingga rangkaian ini memiliki tegangan ripple yang tidak
lebih dari 0.75 Vpp. Jika rumus (7) dibolak-balik maka diperoleh.
C = I.T/Vr = (0.5) (0.01)/0.75 = 6600 uF.
Untuk
kapasitor yang sebesar ini banyak tersedia tipe elco yang memiliki polaritas
dan tegangan kerja maksimum tertentu. Tegangan kerja kapasitor yang digunakan
harus lebih besar dari tegangan keluaran catu daya. Anda barangkalai sekarang
paham mengapa rangkaian audio yang anda buat mendengung, coba periksa kembali
rangkaian penyearah catu daya yang anda buat, apakah tegangan ripple ini
cukup mengganggu. Jika dipasaran tidak tersedia kapasitor yang demikian besar,
tentu bisa dengan memparalel dua atau tiga buah kapasitor.
IV.2 Voltage Regulator
Rangkaian
penyearah sudah cukup bagus jika tegangan ripple-nya kecil, namun ada
masalah stabilitas. Jika tegangan PLN naik/turun, maka tegangan outputnya juga
akan naik/turun. Seperti rangkaian penyearah di atas, jika arus semakin besar
ternyata tegangan dc keluarnya juga ikut turun. Untuk beberapa aplikasi perubahan
tegangan ini cukup mengganggu, sehingga diperlukan komponen aktif yang dapat
meregulasi tegangan keluaran ini menjadi stabil.
Regulator
Voltage berfungsi sebagai filter tegangan agar sesuai dengan keinginan. Oleh
karena itu biasanya dalam rangkaian power supply maka IC Regulator tegangan ini
selalu dipakai untuk stabilnya outputan tegangan.
Berikut
susunan kaki IC regulator tersebut.
Gambar
IV.2.1 Susunan kaki IC regulator
Misalnya
7805 adalah regulator untuk mendapat tegangan +5 volt, 7812 regulator tegangan
+12 volt dan seterusnya. Sedangkan seri 79XX misalnya adalah 7905 dan 7912 yang
berturut-turut adalah regulator tegangan -5 dan -12 volt.
Selain
dari regulator tegangan tetap ada juga IC regulator yang tegangannya dapat
diatur. Prinsipnya sama dengan regulator OP-amp yang dikemas dalam satu IC
misalnya LM317 untuk regulator variable positif dan LM337 untuk regulator
variable negatif. Bedanya resistor R1 dan R2 ada di luar IC, sehingga tegangan
keluaran dapat diatur melalui resistor eksternal tersebut.
Rangkaian
regulator yang paling sederhana ditunjukkan pada gambar 6. Pada rangkaian ini,
zener bekerja pada daerah breakdown, sehingga menghasilkan tegangan
output yang sama dengan tegangan zener atau Vout = Vz. Namun rangkaian ini
hanya bermanfaat jika arus beban tidak lebih dari 50mA.
Gambar
IV.2.2 Regulator zener
Prinsip
rangkaian catu daya yang seperti ini disebut shunt regulator, salah satu
ciri khasnya adalah komponen regulator yang paralel dengan beban. Ciri lain
dari shunt regulator adalah, rentan terhadap short-circuit. Perhatikan
jika Vout terhubung singkat (short-circuit) maka arusnya tetap I =
Vin/R1. Disamping regulator shunt, ada juga yang disebut dengan regulator
seri. Prinsip utama regulator seri seperti rangkaian pada gambar 7 berikut
ini. Pada rangkaian ini tegangan keluarannya adalah :
Vout = VZ + VBE ……….. (8)
VBE
adalah tegangan base-emitor dari transistor Q1 yang besarnya antara 0.2
– 0.7 volt tergantung dari jenis transistor yang digunakan. Dengan mengabaikan
arus IB yang mengalir pada base transistor, dapat dihitung besar
tahanan R2 yang diperlukan adalah :
R2 = (Vin – Vz)/Iz ………(9)
Iz
adalah arus minimum yang diperlukan oleh dioda zener untuk mencapai tegangan breakdown
zener tersebut. Besar arus ini dapat diketahui dari datasheet yang
besarnya lebih kurang 20 mA.
Gambar
IV.2.3 Regulator zener follower
Jika
diperlukan catu arus yang lebih besar, tentu perhitungan arus base IB
pada rangkaian di atas tidak bisa diabaikan lagi. Dimana seperti yang
diketahui, besar arus IC akan berbanding lurus terhadap arus IB atau dirumskan
dengan IC = bIB. Untuk keperluan itu, transistor
Q1 yang dipakai bisa diganti dengan tansistor darlington yang biasanya
memiliki nilai b yang cukup besar. Dengan transistor darlington, arus
base yang kecil bisa menghasilkan arus IC yang lebih besar.
Teknik
regulasi yang lebih baik lagi adalah dengan menggunakan Op-Amp untuk men-drive
transistor Q, seperti pada rangkaian gambar 8. Dioda zener disini tidak
langsung memberi umpan ke transistor Q, melainkan sebagai tegangan referensi
bagi Op-Amp IC1. Umpan balik pada pin negatif Op-amp adalah cuplikan dari
tegangan keluar regulator, yaitu :
Vin(-) = (R2/(R1+R2)) Vout ……. (10)
Jika
tegangan keluar Vout menaik, maka tegangan Vin(-) juga
akan menaik sampai tegangan ini sama dengan tegangan referensi Vz. Demikian
sebaliknya jika tegangan keluar Vout menurun, misalnya karena suplai
arus ke beban meningkat, Op-amp akan menjaga kestabilan di titik referensi Vz
dengan memberi arus IB ke transistor Q1. Sehingga pada setiap saat Op-amp
menjaga kestabilan :
Vin(-) = Vz ……… (11)
Gambar
IV.2.4 Regulator dengan Op-amp
Dengan
mengabaikan tegangan VBE transistor Q1 dan mensubsitusi rumus (11)
ke dalam rumus (10) maka diperoleh hubungan matematis :
Vout = ( (R1+R2)/R2) Vz……….. (12)
Pada
rangkaian ini tegangan output dapat diatur dengan mengatur besar R1 dan R2. Sekarang
mestinya tidak perlu susah payah lagi mencari op-amp, transistor dan komponen
lainnya untuk merealisasikan rangkaian regulator seperti di atas. Karena
rangkaian semacam ini sudah dikemas menjadi satu IC regulator tegangan tetap.
Saat ini sudah banyak dikenal komponen seri 78XX sebagai regulator
tegangan tetap positif dan seri 79XX yang merupakan regulator untuk
tegangan tetap negatif. Bahkan komponen ini biasanya sudah dilengkapi dengan
pembatas arus (current limiter) dan juga pembatas suhu (thermal
shutdown). Komponen ini hanya tiga pin dan dengan menambah beberapa
komponen saja sudah dapat menjadi rangkaian catu daya yang ter-regulasi dengan
baik.
Gambar
1V.2.5 Regulator dengan IC 78XX / 79XX
Hanya
saja perlu diketahui supaya rangkaian regulator dengan IC tersebut bisa
bekerja, tengangan input harus lebih besar dari tegangan output regulatornya.
Biasanya perbedaan tegangan Vin terhadap Vout yang
direkomendasikan ada di dalam datasheet komponen tersebut. Pemakaian heatshink
(aluminium pendingin) dianjurkan jika komponen ini dipakai untuk men-catu arus
yang besar. Di dalam datasheet, komponen seperti ini maksimum bisa dilewati
arus mencapai 1 A.
IV.3 Blok Diagram
Catu daya memiliki blok diagram yang tidak begitu
rumit.Seperti pada gambar tersebut:
Gambar
IV.3.1 Blok diagram catu daya
Gambar
IV.3.2 Blok Diagram alur catu daya
BAB V
PENUTUP
V.1
Kesimpulan
Kesimpulan yang
dibuat yaitu berdasarkan tujuan dari penulisan laporan akhir ini. Kesimpulan
yang kami dapat dari laporan akhir ini adalah sebagai berikut.
1.
Praktikan dapat mengetahui kegunaan catu
daya.
2.
Praktikan dapat mengetahui kegunaan dari
komponen-komponen dalam catu daya
3.
Praktikan dapat menentukan tegangan
keluaran dari catu daya.
4.
Praktikan dapat mengetahui kelebihan dan
kekurangan catu daya yang telah dibuat
5.
Praktikan dapat mengetahui perbandingan
antara hasil teori dengan hasil praktikum.
V.2
Saran
Saran yang
diberikan bertujuan sebagai bahan acuan pada praktikum selanjutnya. Beberapa
saran yang bermanfaat tersebut dalah sebagai berikut:
1.
Pada pelaksanaan praktikum diharapkan
pembimbing atau asisten dapat memberikan cara kerja alat dengan baik terhadap
praktikan.
2. Diharapkan
juga peralatan yang menunjang pada saat praktikum lengkap.
3. Diharapkan
kepada para praktikan agar lebih berhati-hati lagi dalam melakukan praktikum
pembuatan catu daya ini agar tidak ada kecerobohan yg menyebabkan kerugian.
DAFTAR PUSTAKA
110.138.206.53/bahan-ajar/modul_online/fisika/CATUDAYA