BAB III
LANDASAN TEORI
3.1. Battery Charger
8]
Sistem kontrol pada gardu
traksi, yang meliputi kontrol VCB, HSCB, LBS, relay proteksi, relay 64P, dan
sistem kontrol lainnya, menggunakan tegangan 110 VDC untuk dapat operasi.
Tegangan 110 VDC ini disuplai dari charger yang dilengkapi dengan battery.
Baterai yang digunakan adalah baterai tipe SLA (Sealed Lead Acid) atau bias
disebut dengan baterai maintenance free (kering). Keunggulan baterai jenis ini
adalah tidak diperlukannya penambahan air secara manual dan berkala oleh
petugas gardu traksi. Kapasitas baterai akan selalu dijaga dengan menggunakan
charger. Charger yang dipakai merupakan rangkian rectifier yang terregulasi
outputnya. Charger baterai ini memiliki dua metode operasi yaitu folat dan
equalize, yang mana kedua operasi ini dapat saling berganti secara otomatis.
Mode operasi yang normalnya aktif adalah folat. Mode operasi equalize akan
aktif saat charger baterai tidak menerima input tegangan AC selama lebih dari 5
menit. Mode equalize ini akan dipertahankan sehingga level tegangan baterai
sudah penuh kembali, dimana mode operasi float akan dipilih secara otomatis. Battery Charger ditunjukkan
pada Gambar 3.1.
Gambar 3.1. Generator Set pada unit CRM
3.1.1 Trafo 6 KV [8]
Yang merupakan panel yang berfungsi untuk mengatur
input dan output tegangan 6 KV. Panel 6 KV terdiri dari beberapa panel seperti:
a.
Panel Incoming, berfungsi untuk menerima imput 6 KV dari trafo 20 KV/6 KV dan
memberikan output ke busbar panel 6 KV. Panel ini dilengkapi dengan LBS.
b.
Panel Arrester, berfungsi untuk memproteksi sistem gardu traksi dari gangguan
tegangan lebih akibat petir. Sistem jaringan PDL (Power Distribusi Line)
menggunakan saluran udara sehingga berpotensi oleh gangguan petir.
c.
Panel Outgoing 1, berfungsi untuk memberikan output tegangan 6 KV. Output
tegangan 6 KV ini akan diberikan ke trafo 6 KV/380 V untuk kebutuhan daya
rendah serta control gardu traksi, dan menunjang sistem jaringa PDL ke gardu
traksi tetangga. Panel outgoing dapat terdiri dari dua, tiga atau empat panel.
Tergantung dari sistem jaringan PDL gardu traksi tersebut. Gardu traksi umumnya
memiliki dua gardu traksi tetangga, namun ada gardu traksi yang memiliki tiga
atau hanya satu gardu traksi tetangga.
3.1.2 Pnael 20 KV [8]
Merupakan panel yang berfungsi untuk mengatur input dan output tegangan
20 kV. Panel 20 KV terdiri dari dari beberapa panel seperti :
a. Panel Incoming, berfungsi untuk menerima input 20
KV dari PLN. Panel incoming dilengkapi dengan switch LBS (Load Break Switch).
LBS merupakan switch yang memiliki kemampuan dapat di-open saat kondisi sistem
berbeban. Tegangan 20 KV dari PLN akan disambung ke busbar yang terhubung ke
setiap panel 20 KV.
b.
Panel Arrester, berfungsi untuk memproteksi sistem gardu traksi dari gangguan
tegangan lebih akibat petir. Setiap jaringan listrik 20 KV PLN berpotensi
tersambar oleh petir. Arrester pada panel ini akan meminimalisir kerusakan
sistem gardu traksi akibat tegangan lebih yang disebabkan oleh sambaran petir
secara langsung maupun tidak langsung.
c.
Panel Metering, berfungsi untuk mengukur semua parameter tengangan 20 KV,
seperti tegangan, arus, faktor daya, beban sistem gardu traksi. Parameter ini
akan ditampilkan di panel VCP.
d.
panel Outgoing, berfungsi untuk memberikan output 20 KV. Output 20 KV akan
diberikan ke trafo 20 KV/1200 V, trafo 20 KV/380 V, serta trafo 20 KV/6 KV.
Panel outgoing dapat terdiri dari dua atau tiga panel, tergantung dari
konfigurasi sistem gardu traksi yang digunakan. Jika gardu traksi berfungsi
sebagai supply jaringan PDL (Power Distribusi Line) 6 KV, maka panel outgoing
20 KV akan terdiri dari tiga panel. Panel outgoing terdiri dari Panel Circuit
Breaker Dan Panel LBS yang di rangkai seri dengan fuse.
3.1.3 Transformator[8]
Atau trafo berfungsi untuk menurunkan atau menaikkan tegangan listrik
arus bolak-balik. Pada sistem gardu traksi, terdapat tiga jenis trafo yang
digunakan, yaitu :
a.
Trafo 20 KV/1200 trafo utama untuk mensuplai tegangan 1500 VDC pada LAA. Trafo
ini akan menurunkan tegangan 20 KV yang di terima dari panel outgoing 20 KV
menjadi tegangan 1200 V yang akan menjadi input silicon rectifier. Sisi primer
trafo terdiri dari beberapa tap seperti 22 KV, 21 KV, 20 KV, 19 KV, serta 18
KV, sedangkan sisi sekunder terdiri dari dua lilitan tiga fasa dengan tegangan
1200 V. trafo ini memiliki dua output 1200 V yang berbeda konfigurasi vektornya
yang akan digunakan oleh silicon rectifier 12 pulsa. Konfigurasi trafo yang
dipakai biasanya adalah konfigurasi D-D/Y (delta-delta/wye), dimana input
tegangan 20 KV dengan sistem tiga fasa delta, serta dual ouput tegangan 1200 V
dengan sistem tiga fasa delta dan wye.
b.
Trafo 20 KV/380 V, merupakan trafo yang berfungsi untuk mensuplai tegangan 380
V yang digunakan untuk sistem control gardu traksi. Trafo ini akan menurunkan
tegangan 20 KV dari panel outgoing 20 KV menjadi tegangan 380 V yang akan
menjadi input panel AC/DC.
c.
Trafo 6 KV/380 , merupakan trafo cadangan untuk mensuplai beban 380 V jika
trafo 20 KV/380 V mengalami gangguan atau sumber 20 KV hilang karena kerusakan
jaringan PLN. Trafo ini menurunkan tegangan 6 KV dari panel outgoing 6 KV, yang
berasal dari jaringan PDL 6 KV, menjadi tegangan 380 V yang akan menjadi input
panel AC/DC.
d.
Trafo 20 KV/6 KV, merupakan trafo yang berfungsi untuk suplai utama jaringan
PDL (Power Distribution Line) 6 KV. Jaringan PDL merupakan jaringan tegangan 6
KV untuk setiap persinyalan dan pintu perlintasan KA di Jakarta, yang berfungsi
untuk mensuplai kebutuhan kontrol semua gardu traksi, mensuplai sistem
persinyalan, dan pintu perlintasan KA. Sistem PDL ini memiliki beberapa sumber,
sehingga apabila satu sumber PDL mengalami gangguan maka sumber yang lain akan
mem-backup sistem. Dengan adanya sistem jaringan PDL, maka kontrol gardu
traksi, sistem persinyalan dan pintu perlintasan KA mampu beroperasi secara
terus menerus. Tidak semua gardu traksi berfungsi untuk mensuplai jaringan PDL.
Trafo 20 KV/6 KV hanya digunakan pada gardu traksi yang akan mensuplai jaringan
PDL.
3.1.4 Silicon Rectifier [8]
Merupakan salah satu komponen utama gardu traksi yang berfungsi untuk
menyearahkan tegangan 1200 VAC menjadi 1500 VDC. Saat ini teknologi silicon
rectifier yang digunakan untuk sistem gardu traksi adalah rectifier 12 pulsa,
sehingga rectifier ini memerlukan dual input 1200 VAC dari trafo 20 KV/ 1200 V
sebagaimana yang sudah dijelaskan dibagian trafo. Semikonduktor yang digunakan
rectifier untuk penyearahan adalah diode versi presspack. Adapun metode
pendingin yang dipakai adalah dengan sistem heatpipe. Rectifier juga dilengkapi
dengan arrester untuk tegangan DC untuk melindungi rectifier dari sambaran
petir pada jaringan LAA. Duty class rectifier yang digunakan harus memenuhi
standar JEC-2410 class S, dengan persyaratan pembebanan sebagai berikut: 100% -
kontinu, 150% - selama 2 jam, 200% - selama 5 menit, 300% - selama 1 menit.
3.1.5 Panel
DC Switchgear [8]
Merupakan panel yang berfungsi untuk mengatur input
dan output tegangan 1500 VDC. Panel DC Swtichgear terdiri dari beberapa panel
seperti terdiri dari :
a.
Panel negative, berfungsi untuk menerima input negarif 1500 VDC dari silicon
rectifier dan memberikan output ke rel KRL. Panel negative menggunakan switch
tipe DS (Disconnening Swtich) karena panel negative merupakan tempat arus balik
rel, sehingga panel negative ini tidak memerlukan proteksi unukt memutus
sambungan dari rectifier ke jalur rel secara cepat. Panel negative dilengkapi
dengan relay 64P yang berfungsi untuk mendeteksi gangguan tanah (Ground Falut).
Jika terjadi ground fault pada gardu traksi, yang ditandai dengan kenaikan beda
tegangan antara negative rectifier dan sistem ground dimonitor, relay 64P akan
mengirim perintah open pada HSCB yang mensuplai tempat yang mengalami ground
fault tersebut.
b.
Panel maen feeder, berfungsi untuk menerima input positif 1500 VDC dari
rectifier dan memberikan output ke busbar DC feeder. Panel main feeder
menggunakan switch tipe HSCB (High Speed Ciruit Breaker) yang mampu untuk
memutus sambungan dari rectifier ke jaringan LAA secara cepat jika terjadi
kondisi fault pada sistem. Panel main feeder dilengkapi dengan relay proteksi yang berfungsi untuk mendeteksi berbagai
gangguan yagn mungkin terjadi pada jaringan LAA seperti over / under voltage,
over current, short circuit, dan thermal overload. Jika salah satu gangguan
sistem terjadi, relay proteksi akan memerintah HSCB segera trip untuk mencegah
kerusakan yang dapat terjadi. Selain fungsi proteksi, relay proteksi juga
berfungsi untuk memonitor dan merekam kondisi tegangan 1500 VDC.
c.
Panel DC feeder, berfungsi untuk memberikan output positif 1500 vdc dari busbar
DC feeder ke LAA. Sebagaimana panel main feeder, DC feeder juga dilengkapi
dengan HSCB dan relay proteksi. DC feeder terdiri dari beberapa panel,
tergantung dengan jumlah LAA yang akan disuplai. Gardu traksi pada ujung line
rute KRL biasanya hanya memiliki 2 panel DC feeder yang akan mensuplai satu LAA
bagian hulu dan satu LAA bagian hilir. Adapun gardu traksi yang berbeda
ditengah line rute KRL biasanya memiliki 4 panel DC feeder yang akan mensuplai
dua LAA bagian hulu dan dua LAA bagian hilir.
d.
Panel bypass, berfungsi sebagai panel backup jika salah satu panel DC feeder
mengalami kerusakan atau sedang dalam kondisi maintenance. Panel bypass
memiliki spesifikasi yang sama dengan panel DCfeeder, namun output dari panel
bypass tidak langsung mensuplai jaringan LAA. Panel bypass akan terhubung
dengan setiap panel DC feeder dengan mengunakan motorized DS yang terdapat
disetiap panel tersebut. Jika salah satu panel DC feeder tidak beroperasi,
operator dapat meng-close DS pada panel tersebut, sehingga jaringan LAA tetap
mendapat suplai 1500 VDC dari panel bypass.
3.1.6. Panel
AC/DC [8]
Merupakan panel yang berfungsi untuk mendistribusikan tegangan low
voltage AC 380 V untuk keperluan beban utility dan tegangan DC 110 V untuk
keperluan beban kontrol . Panel AC/DC
memiliki dua input tegangan AC 380 V, yaitu dari trafo 20 KV/380 V (yang
bersumber dari jaringan PLN 20 KV) dan dari trafo 6 KV/380 V (yang bersumber dari jaringan PDL
6 KV). Di dalam panel AC/DC terdapat COS (Change Over Switch) yang akan
mendeteksi kedua sumber. Normalnya panel AC/DC disuplai dari trafo 20 KV/380V,
namun jika sumber ini mengalami gangguan COS akan mengganti input suplai
menjadi dari trafo 6 KV/380 V. Jika sumber dari trafo 20 KV/380 V sudah normal
kembali, maka COS akan mengganti kembali input suplai menjadi dari trafo
tersebut. Output panel AC/DC tegangan AC 380 V berfungsi untuk mensuplai
peralatan seperti charger baterai, exhaust fan, penerangan, serta soket listrik
bangunan. Output tegangan AC 220 V berfungsi untuk mensuplai heater pada panel
20 KV, 6 KV, serta DC Switchgear, panel VCP, dan fire alarm. Output tegangan DC
110 V berfungsi untuk mensuplai rangkian kontrol pada panel 20 KV, 6 KV, serta
DC Switchgear, panel Interkoneksi, dan
panel LBD.
3.1.7. Panel Interkoneksi [8]
Merupakan panel PLC yang menghubungkan panel VCP dengan panel 20 KV,
panel 6 KV, transformator, silicon rectifier, DC Swtichgear, serta panel AC/DC.
Panel interkoneksi bergfungsi mengumpulkan semua data status sistem gardu traksi
yang ada dari setiap panel dan komponen, lalu data tersebut akan dikirm ke
panel VCP untuk ditampilkan di display dan direkam ke siitem logger.
Komponen-komponen yang vital untuk dimonitor statusnya adalah kondisi
VCB,LBS,HSCB, suhu dan tekanan oli transformator, serta suhu rectifier. Untuk
memonitor status-status tersebut, setiap komponen memiliki fasilitas dry
contact. Status dry contact ini dapat dibaca oleh interkoneksi sebagai status
komponen yang dimonitor. Selain meminitor status gardu traksi, panel
interkoneksi juga berfungsi untuk meneruskan perintah dari panel VCP ke panel
20 KV, panel 6 KV, serta DC Switchgear. Sebagai contoh, jika operator
memrintahkan Vacuum Circuit Breaker (VCB) pada panel 20 KV untuk open close
pada display panel VCP, panel interkoneksi akan menterjemahkan perintah
tersebut ke VCB yang bersangkutan. Perintah yang bisa diteruskan oleh panel
interkoneksi adalah open close VCB, open atau close HSCB, open LBS, serta open
atau close HSCB. Hubungan antara panel interkoneksi dengan panel-panel lainnya
dapat dilihat pada sekma berikut :
Panel interkonesi menggunakan komponen-komponen utama sebagai berikut :
a.
PLC Embedded pc
untuk memproses semua data masuk dan keluar panel interkoneksi..
b.
Card DI (Digital
Input) dan DO (Digital Output) sebagai antamuka antara PLC dengan relay.
c.
Card Ethernet
Module untuk komunikasi data antara panel interkoneksi dengan DC Swtichgear
serta panel VCP dengan menggunakan komunikasi data,
Relay sebagai
antarmuka antara panel interkoneksi dengan dry contact pada komponen-komponen
dipanel 20 KV, 6 KV, trafo, dan rectifier
3.2.1.
Panel VCP (Visual Control Panel) [8]
Merupakan
panel Human Machine Interface (HMII) yang berfungsi untuk memonitor keadaan
sistem gardu traksi dan menerima perintah open atau close switch (baik VCB,HSCB
ataupun LBS) dari operator. Operasi panel VCP ini berbasis touchscreen (layar
sentuh) yang menampilkan sistem gardu traksi secara keseluruhan. Panel VCP akan
mengirim perintah dari operator ke panel interkoneksi untuk meng-open / close
switch di panel MV atau langsung ke panel DC Switchgear untuk meng-open / close
HSCB. Data yang digunakan panel VCP untuk komunikasi adalah Modbus. Panel VCP
juga dapat dihubungkan dengan sistem SCADA terpusat seperti pada OCC Manggarai.
Panel VCP menggunakan komponen-komponen:
a. Display Touchscreen, untuk menampilkan
status sistem gardu traksi serta interface operator untuk memerintahkan switch
open atau close.
b. Hubswitch, untuk menerima dan mengirim
data dari dan ke panel interkoneksi.
c. Industrial, untuk memproses data serta
me-record semua event yang terjadi di gardu traksi.
d. Printer, untuk mencetak hasil record data yang ada.
3.2.2. LBD Panel
Linked Breaking Device (LBD) [8]
Merupakan panel
yang menghubungkan gardu traksi yang satu dengan gardu traksi yang berbeda di
sebelahnya untuk menghasilkan intertripping. Intertripping ini adalah suatu
metode proteksi memutus HSCB di DC Swtichgear untuk mencegah kondisi sistem
yang tidak diharapkan seperti short cicuit, ground fault dan emergency.
Akibat
adanya trip dari HSCB DC Switchgear dari gardu traksi disebelah yang disebabkan
oleh kesalahan sisstem. Kedua gardu traksi ini saling bertukar status data
melalui panel LBD dengan menggunakan kabel fiber optic sebagai interface media
komunikasi dan TCP/IP Ethernet sebagai komunikasi protocol. Setiap tejadi
kesalahan sistem yang menyebabkan HSCB trip, panel LBD akan mengirim perintah
trip ke gardu traksi tetangga. Ketika status ini diterima panel LBD sebelah,
HSCB di DC Switchgear akan trip juga. Panel LBD menggunakan komponen-komponen:
a. Display, untuk memperlihatkan sistem LBD
gardu traksi dan gardu traksi tetangganya.
b. PL, untuk memproses data sistem LBD.
c. ODF, sebagai terminal fibre optic untuk
komunikasi antar gardu traksi.
d. Modem Optic.
e. Ethernet, unuk mengkonversi data Ethernet
ke optic.
f. Relay, unutk memrintahkan fasilitas intertrip
pada HSCB di DC Switchgear.
Sudah
banyak proyek gardu traksi yang dikerjakan oleh LEN. Proyek gardu traksi yang
pertama kali adalah gardu traksi di Parung Panjang (3000 KW) pada tahun 2008.
Setahun setelah itu tahun 2009 LEN mengerjakan gardu traksi di Maja (3000 KW)
dan Cilekit (3000 KW). Pada tahun 2010, Indonesia mendapat bantuan pinajamn
dari KFW (Kreditansalt Fur Wiederaufbau) Jerman, untuk pengerjaan proyek gardu
traksi.
LEN
merupakan perusahaan yang ditunjuk pemerintah untuk mengerjakan proyek KFW ini
yang meliputi gardu traksi di lokasi Kedung Badak (1500 KW), Cilebut (3000 KW),
Bojong Gede (4000 KW), Citayam (4000 KW), Pasar Senen(4000 KW), dan sistem
SCADA untuk mengontrol gardu traksi ini secara jarak jauh (remote) di OCC
Manggarai. Kemudian di tahun 2011, LEN mengerjakan proyek gardu traksi di
Lenteng Agung (4000 KW), Pasar Minggu (4000 KW), dan Jatinegara (3000 KW). Pada
tahun 2012 ini Tim Gardu Traksi LEN sedang mengerjakan gardu traksi Klender (4000 KW), Pesing (4000 KW) dan tangerang
(4000 KW).
Pada
awalnya proyek gardu traksi ini menggunakan sistem yang semuanya built up dari luar negeri seperti sistem dari
Siemens atau Secheron. Namun semenjak proyek gardu traksi di Jatinegera, Tim
Gardu Traksi LEN sudah bertindak sebagai sistem integrator serta memproduksi
sendiri panel-panel kontrol seperti panel interkoneksi, panel VCP (Visual
Control Panel) serta panel LBD (Linked Breaking Device), disamping masih
menggunakan produk jadi dari luar negeri untuk silicon rectifier dan DC
Switchgear.
Sebagai sistem integrator, LEN
bertanggung jawab untuk mengintegrasikan komponen-komponen gardu traksi baik
dari sistem power maupun sistem kontrol gardu trakasi. Proses pengintergrasian
mencakup penyambungan ouput 1500 VDC ke sistem LAA, serta penyambungan output 6
KV ke sistem PDL. Penyambungan ke sistem LAA dan PDL itu sendiri memerlukan
modifikasi jaringa LAA dan PDL yang sudah ada. Semua proses pengintergrasian
ini sudah dikuasai oleh Tim Gardu Traksi LEN. Di massa yang akan datang, Tim
Gardu Traksi LEN bekerja sama dengan Divisi Pusat Teknologi dan Inovasi
berencana untuk memproduksi sendiri silicon rectifier yang akan dipergunakan
dalam sistem gardu traksi yang akan memeberikan nilai tambahan yang cukup signifikan.
Adapun kapasitas baterai akan selalu dijaga
dengan menggunakan charger. Charger yang dipakai merupakan ragnkaian rectifier
yang terregulasi ouputnya. Charger baterai ini memiliki dua mode operasi yaitu
float dan equalize, yang mana kedua operasi ini dapat saling berganti secara
otomatis. Mode opersi yang normalnya aktif adalah float. Mode operasi equalize
akan aktif saat charger baterai tidak menerima input tegangan AC selama lebih
dari 5 menit. Mode operasi equalize ini akan dipertahankan sehingga level
tegangan baterai sudah penuh kembali, dimana mode operasi float akan dipilih
secara otomatis.
3.2.3.
Trip[8]
Trip
berfungsi sebagai trigger (pemicu)
agar mesin genset yang digunakan mati secara paksa dan otomatis jika terjadi
sesuatu yang tidak normal pada sistemnya. Hal ini dilakukan untuk menghindari
kerusakan mesin genset yang bekerja tidak sesuai dengan sistemnya. Ada beberapa
macam jenis pada sistem pengaman trip antara lain : temperatur air pendingin
tinggi, emergency stop, tekanan
minyak pelumas rendah, reverse power
(pengisian ulang tenaga), over speed (putaran
lebih).
3.2.4.
Sekering[1]
Sekering
adalah suatu alat yang digunakan sebagai pengaman dalam suatu rangkaian listrik apabila
terjadi kelebihan muatan listrik atau suatu hubungan arus pendek. Sekering
mempunyai kesanggupan untuk membatasi arus, sehingga apabila rangkaian
mengalami gangguan, dapat diputuskan sebelum arus melebihi harga maksimum. Jika suatu sekering dilewati
arus di atas arus kerjanya, maka pada waktu tertentu sekering tersebut akan
lebur (putus). Besarnya arus yang dapat meleburkan suatu sekering dalam waktu 4
jam dibagi arus kerja disebut faktor peleburan berkisar 1 hingga 1,5.
3.2.5. Grounding[1]
Grounding merupakan bagian penting bagi
alat kelistrikan. Grounding atau di sebut juga pentanahan mempunyai hubungan
erat dengan perlindungan suatu sistem terhadap arus gangguan agar mengalir
masuk ke tanah sehingga tidak merusak peralatan. Pemasangan pentanahan ini pada
bagian badan (body). Dalam
pelaksanaanya grounding berfungsi :
·
Pentanahan sistem,
berupa pengadaan hubungan dengan tanah untuk suatu titik pada penghantar arus
dari sistem. Pada umumnya titik tersebut adalah titik netral dari suatu mesin,
transformator, atau untuk rangkaian listrik tertentu.
·
Pentanahan peralatan
sistem, berupa pengadaan hubungan dengan tanah untuk suatu bagian atau bagian
yang tidak membawa arus dari sistem. Bagian-bagian ini misalnya : Semua logam
seperti saluran tempat kabel, kerangka mesin, batang pemegang sakelar, penutup
kotak sakelar.
3.2.6. MCCB[1]
MCCB
(modulate case circuit breaker)
merupakan alat pengaman yang dalam proses operasinya mempunyai dua fungsi yaitu
sebagai pengaman dan sebagai alat penghubung. Jika dilihat dari segi pengaman,
maka MCCB dapat berfungsi sebagai
pengaman gangguan arus hubung singkat dan arus beban lebih. Pada jenis tertentu, pengaman ini
mempunyai kemampuan pemutusan yang dapat diatur sesuai dengan yang diinginkan. Bentuk dari MCCB (modulate case circuit breaker) ditunjukkan pada Gambar 3.9 berikut:
Gambar 3.9. modulate case circuit breaker
Keterangan:
1.
BMC material for base and cover
2.
Arc chute
3.
Mounting for ST or UVT connection block
4.
Trip-free mechanism
5.
Moving contacts
6.
Clear and IEC-complaint maekings
7.
Magnetic trip unit
8.
Compact size
3.3.
Arus Listrik[3]
Arus
listrik didefinisikan sebagai aliran muatan listrik melalui sebuah konduktor.
Arus ini bergerak dari potensial tinggi ke potensial rendah, dari kutub positif
ke kutub negatif, dari anoda ke katoda. Arah arus listrik ini berlawanan arah
dengan arus elektron. Muatan listrik dapat berpindah apabila terjadi beda
potensial. Beda potensial dihasilkan oleh sumber listrik, misalnya baterai atau
akumulator. Setiap sumber listrik selalu mempunyai dua kutub, yaitu kutub
positif (+) dan kutub negatif (–)
seperti yang terlihat pada Gambar 3.10.
Gambar
3.10. Kutub pada rangkaian
Garis
yang lebih panjang menyatakan kutub positif, sedangkan yang pendek menyatakan
kutub negatif. Alat yang diberi daya oleh baterai dapat berupa bola lampu seperti pada Gambar 3.11.(a).
Ketika rangkaian ini terbentuk, muatan dapat mengalir melalui kawat pada
rangkaian, dari satu kutub baterai ke kutub yang lainnya. Aliran muatan seperti
ini disebut arus listrik
yang ditunjukkan Gambar 3.11.(b).
Gambar
3.11. (a) Rangkaian listrik sederhana, (b) skema rangakaian listrik
Rumus arus listrik yang dihitung dengan tegangan
listrik (V) maka,
I =
Keterangan
I
: kuat arus listrik (ampere)
V
: tegangan listrik (volt)
R
: resistansi / tahanan listrik
(ohm)
Rumus arus listrik yang dihitung dengan muatan
listrik (Q) maka,
I =
Keterangan
:
I
: arus listrik (ampere)
q
: besarnya muatan listrik
(coulumb)
t
: waktu (sekon)
3.3.1. Arus Listrik Searah (Direct Current/DC) [7]
Arus listrik DC (Direct Current)
adalah arus listrik yang selalu mengalir dalam satu arah. Jika arus DC dihasilkan
oleh sumber teganganya (V) tetap dan disalurkan pada penghantar yang memiliki
hambatan (R) yang tetap, maka besar kuat arusnya (I) juga akan tetap.
Berdasarkan perjanjian yang masih digunakan saat sampai saat ini, arah kuat
arus DC selalu keluar dari kutub positif ke kutub negatif sumber tegangan DC seperti pada Gambar 3.13.
Arus DC hanya mengalir satu arah sehingga pada pemasangan amperemeter dan
voltmeter pada rangkaian DC harus memperhatikan polaritas ujung-ujung rangkaian
yang hendak dihubungkan ke kutub-kutub meter. Pemasangan yang benar adalah
kutub yang potensialnya lebih rendah (positif) harus dipasang ke kutub positif
meter dan begitu sebaliknya. Bentuk arus
DC yang dihasilkan ditunjukkan Gambar 3.12.
Gambar
3.12. Bentuk arus DC dan lambang arus DC
Gambar
3.13. Skema rangkaian arus searah (direct
current/DC)
3.3.2. Arus Listrik Bolak-Balik (Alternating
Current/AC) [7]
Arus
dan tegangan listrik AC (Alternating Current) adalah arus listrik yang
arahnya selalu berbalik arah secara teratur (periodik). Gambaran arusnya seperti Gambar 3.15 dalam
selang waktu tertentu bagian atas sumber AC berpolaritas positif sementara
bagian bawahnya berpolaritas negatif sehingga arus listrik dalam rangkaian AC
mengalir berlawanan arah jarum jam dan berulang secara periodik.
Untuk
mengetahui kuat arus dan beda potensial dalam listrik AC digunakan amperemeter
dan voltmeter. Amperemeter dan voltmeter yang dipasang dalam rangkaian AC tidak
perlu memerhatikan polaritas ujung mana yang positif atau negatif karena arus
AC selalu berubah-ubah arahnya. Bentuk
arus AC ditunjukkan pada Gambar 3.14.
Gambar
3.14. Bentuk arus AC dan lambang arus AC
Gambar
3.15. Skema rangkaian arus bolak-balik (alternating
current/AC)
Sistem kelistrikan 3 fasa merupakan sistem kelistrikan arus bolak
balik
(AC = Alternating Current) yang dihasilkan
oleh generator listrik 3 fasa dengan standard frekuensi yang dihasilkan 50 Hz
maupun 60 Hz. Pada umumnya sistem 3 fase menggunakan sistem tiga tegangan
seimbang yang sama besarnya, dengan berbeda fasa antara tegangan fasa yang satu
dengan fasa yang lain sebesar 120o. Gambaran
ringkasnya gelombang listrik ( gelombang sinus ) yang dihasilkan oleh generator
listrik 3 fasa seperti
pada Gambar 3.16.
Gambar 3.16. Gelombang listrik 3 fasa
Ketiga
tegangan fasa itu dibangkitkan oleh sebuah medan fluks yang berputar di dalam
area kumparan stator yang identik disusun terpisah sebesar 120o antara
yang satu dengan yang lain dalam suatu generator listrik sistem fasa tiga.
Khusus di indonesia besar tegangan sistem listrik 3 fasa telah di standar kan
oleh PLN sebesar 380 V dengan Frekuensi yang dikeluarkan sebesar 50 Hz. Sistem
3 fasa yang di hasilkan oleh generator listrik tergantung dari sistem sambungan
pada output kumparannya, sistem ini meliputi sistem 3 fasa dengan 4 kawat
ataupun sistem 3 fasa dengan 3 kawat. Jika listrik 3 fasa dengan 4 kawat yang
di hasilkan oleh generator maka generator tersebut umumnya kumparan stator
dihubungkan secara bintang, sedangkan jika sistem kelistrikan 3 fasa dengan 3
kawat maka generator tersebut umumnya kumparan stator dihubungkan secara delta.
Sistem 4 kawat yang dimaksud adalah untuk menciptkan 3 buah fasa dengan 1 titik
netral, jika tegangan antar fasa yang di hasilkan oleh generator sebesar 380
Volt maka secara otomatis tegangan fasa ke netral sebesar 220 Volt. Berikut Gambar 3.17 adalah gambaran dari output sebuah
generator listrik 3 fasa:
Gambar 3.17. Skematik rangkaian segitiga (kiri) dan bintang (kanan)
Dari
dua gambar diatas menjelaskan dua buah hubungan kumparan stator yang
dihubungkan secara delta maupun dengan hubungan star. Untuk output generator
listrik dengan hubungan delta seperti gambar diatas biasanya dengan daya yang
besar sehingga perlu menggunakan trafomator step-up dengan hasil akhir
menggunakan trafo distribusi dengan menghasilkan titik netral sehingga bisa
disalurkan pada beban. Untuk output generator listrik 3 fasa dengan hubungan
star seperti gambar diatas merupakan Output yang bisa langsung di gunakan oleh
beban sebab output sudah sesuai standard tegangan yang ada di indonesia dan
sudah menghasilkan titik netral.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar