Artikel Karyawan : Gardu Traksi (Traction Substation)
LAA (LISTRIK ALIRAN ATAS
Setiap hari, terdapat penambahan
ribuan kendaraan bermotor baru, baik mobil maupun sepeda motor, di wilayah DKI
Jakarta. Penambahan jumlah kendaraan bermotor ini akan membuat kondisi DKI
Jakarta yang sudah macet menjadi tambah macet. Jika tidak ada langkah
penyelesaian kemacetan dalam waktu yang cepat, maka pada tahun 2014 diprediksi
DKI Jakarta akan mengalami kemacetan total. Hal ini disebabkan oleh situasi di
mana panjang jalan yang ada di DKI Jakarta sudah sama dengan panjang total
kendaraan pribadi yang ada. Transportasi massal merupakan solusi mutlak atas
permasalahan kemacetan yang ada di DKI Jakarta. Saat ini sudah ada dua moda
transportasi massal yang beroperasi di DKI Jakarta, yaitu Kereta Rel Listrik
(KRL) dan busway. Kereta Rel Listrik (KRL) merupakan kereta yang sumber daya
utamanya menggunakan listrik. Daya listrik yang dibutuhkan oleh KRL ini akan
disuplai menggunakan kawat konduktor yang membentang di bagian atas sepanjang
rute KRL tersebut yang disebut dengan sistem catenary atau LAA (Listrik Aliran
Atas). Sistem catenary dapat dibagi berdasarkan jenis arus listrik yang
mengalir yaitu: Arus searah (DC) : 750 V DC, 1500 V DC,
3000 V DC Arus bolak-balik (AC) : 15 kV AC 16,7 Hz dan
25 kV AC 50 Hz Adapun sistem LAA di DKI Jakarta menggunakan
sistem arus searah 1500 VDC yang disuplai dari gardu traksi (traction
substation). Gardu traksi pertama kali dibangun di Indonesia pada tahun
1925/1926 di Jatinegara dan Ancol dengan menggunakan sistem konfigurasi motor
dan generator buatan General Electric. Saat ini, sistem gardu traksi
menggunakan teknologi penyearahan silicon rectifier. Selain menggunakan silicon
rectifier, untuk dapat mensuplai LAA dengan tegangan 1500 VDC, sistem gardu
traksi menggunakan beberapa panel dan komponen seperti: panel 20 kV, panel 6
kV, trafo 20 kV/1200 V, Silicon rectifier, DC Switchgear, trafo 20 kV/6 kV,
trafo 20 kV/380 V, trafo 6 kV/380 V, panel AC/DC, baterai dan charger, panel
interkoneksi, panel VCP, serta panel LBD. Spesifikasi dari setiap komponen ini
bergantung dari daya yang disuplai gardu traksi. Di daerah DKI Jakarta, gardu
traksi biasanya memiliki daya bervariasi antara 1500 kW, 3000 kW, atau 4000 KW.
Skema sistem gardu traksi dapat dilihat pada gambar berikut. [caption
id="attachment_3449" align="alignleft"
width="628" caption="Gambar : Sistem Gardu Traksi
(Substation)"][/caption] Berikut penjelasan dari setiap komponen pada
gardu traksi. Panel 20 kV Panel 20 kV merupakan panel yang berfungsi
untuk mengatur input dan output tegangan 20 kV. Panel 20 kV terdiri dari
beberapa panel seperti: - Panel Incoming, berfungsi untuk menerima input 20 kV
dari PLN. Panel incoming dilengkapi dengan switch LBS (Load Break Switch). LBS
merupakan switch yang memiliki kemampuan dapat di-open saat kondisi sistem
berbeban. Tegangan 20 kV dari PLN akan disambung ke busbar yang terhubung ke
setiap panel 20 kV. - Panel arrester, berfungsi untuk memproteksi sistem gardu
traksi dari gangguan tegangan lebih akibat petir. Setiap jaringan listrik 20kv
PLN berpotensi tersambar oleh petir. Arrester pada panel ini akan meminimalisir
kerusakan sistem gardu traksi akibat tegangan lebih yang disebabkan oleh
sambaran petir secara langsung maupun tidak langsung. - Panel metering,
berfungsi untuk mengukur semua parameter tegangan 20 kV, seperti tegangan,
arus, faktor daya, beban sistem gardu traksi. Parameter ini akan ditampilkan di
panel metering serta dikirim ke panel interkoneksi untuk ditampilkan di display
panel VCP. - Panel outgoing, berfungsi untuk memberikan output 20 kV. Output 20
kV akan diberikan ke trafo 20 kV/1200 V, trafo 20 kV/380 V, serta trafo 20 kV/6
kV. Panel outgoing dapat terdiri dari dua atau tiga panel, tergantung dari
konfigurasi sistem gardu traksi yang digunakan. Jika gardu traksi berfungsi
sebagai supply jaringan PDL (Power Distribution Line) 6 kV, maka panel outgoing
20 kV akan terdiri dari tiga panel. Panel outgoing terdiri dari Panel Circuit
Breaker dan Panel LBS yang dirangkai seri dengan fuse. Panel 6 kV Panel
6 kV merupakan panel yang berfungsi untuk mengatur input dan output tegangan 6
kV. Panel 6 kV terdiri dari beberapa panel seperti: - Panel incoming, berfungsi
untuk menerima input 6 kV dari trafo 20 kV/6 kV dan memberikan output ke busbar
panel 6 kV. Panel ini dilengkapi dengan LBS. - Panel arrester, berfungsi untuk
memproteksi sistem gardu traksi dari gangguan tegangan lebih akibat petir.
Sistem jaringan PDL (Power Distribution Line) menggunakan saluran udara
sehingga berpotensi oleh gangguan petir. - Panel outgoing 1, untuk memberikan
output tegangan 6 kV. Output tegangan 6 kV ini akan diberikan ke trafo 6 kV/380
V untuk kebutuhan daya rendah serta control gardu traksi, dan untuk menunjang
sistem jaringan PDL ke gardu traksi tetangga. Panel outgoing dapat terdiri dari
dua, tiga atau empat panel, tergantung dari sistem jaringan PDL gardu traksi
tersebut. Gardu traksi umumnya memiliki dua gardu traksi tetangga, namun ada
gardu traksi yang memiliki tiga atau hanya satu gardu traksi tetangga. Transformator
Transformator atau trafo berfungsi untuk menurunkan atau menaikkan tegangan
listrik arus bolak-balik. Pada sistem gardu traksi, terdapat tiga jenis trafo
yang digunakan, yaitu: - Trafo 20 kV/1200 V, merupakan trafo utama dan
memiliki daya yang paling besar karena merupakan trafo utama untuk mensuplai
tegangan 1500 VDC pada LAA. Trafo ini akan menurunkan tegangan 20 kV yang
diterima dari panel outgoing 20 kV menjadi tegangan 1200 V yang akan menjadi
input silicon rectifier. Sisi primer trafo terdiri dari beberapa tap seperti 22
kV, 21 kV, 20 kV, 19 kV, serta 18 kV, sedangkan sisi sekunder terdiri dari dua
lilitan tiga fasa dengan tegangan 1200 V. Trafo ini memiliki dua output 1200 V
yang berbeda konfigurasi vektornya yang akan digunakan oleh silicon rectifier
12 pulsa. Konfigurasi trafo yang dipakai biasanya adalah konfigurasi D – D/Y
(delta – delta / wye), di mana input tegangan 20 kV dengan sistem tiga fasa
delta, serta dual output tegangan 1200 V dengan sistem tiga fasa delta dan wye.
- Trafo 20 kV/380 V, merupakan trafo yang berfungsi untuk mensuplai tegangan
380 V yang digunakan untuk sistem kontrol gardu traksi. Trafo ini akan
menurunkan tegangan 20 kV dari panel outgoing 20 kV menjadi tegangan 380 V yang
akan menjadi input panel AC/DC. - Trafo 6 kV/380 V, merupakan trafo cadangan
untuk mesuplai beban 380 V jika trafo 20 kV/380 V mengalami ganggaun atau
sumber 20 kV hilang karena kerusakan di jaringan PLN. Trafo ini akan menurunkan
tegangan 6 kV dari panel outgoing 6 kV, yang berasal dari jaringan PDL 6
kV, menjadi tegangan 380 V yang akan menjadi input panel AC/DC. - Trafo
20 kV/6 kV, merupakan trafo yang berfungsi untuk suplai utama jaringan PDL
(Power Distribution Line) 6 kV. Jaringan PDL merupakan jaringan tegangan 6 kV
untuk setiap persinyalan dan pintu perlintasan KA di Jakarta, yang berfungsi
untuk mensuplai kebutuhan kontrol semua gardu traksi, mensuplai sistem
persinyalan, dan pintu perlintasan KA. Sistem PDL ini memiliki beberapa sumber,
sehingga apabila satu sumber PDL mengalami gangguan maka sumber yang lain akan
mem-backup sistem. Dengan adanya sistem jaringan PDL, maka kontrol gardu
traksi, sistem persinyalan dan pintu perlintasan KA mampu beroperasi secara
terus menerus. Tidak semua gardu traksi berfungsi untuk mensuplai jaringan PDL.
Trafo 20 kV/6 kV hanya digunakan pada gardu traksi yang akan mensuplai jaringan
PDL. Silicon Rectifier Silicon rectifier merupakan salah satu komponen
utama gardu traksi yang berfungsi untuk menyearahkan tegangan 1200 VAC menjadi
tegangan 1500 VDC. Saat ini teknologi silicon rectifier yang digunakan untuk
sistem gardu traksi adalah rectifier 12 pulsa, sehingga rectifier ini
memerlukan dual input 1200 VAC dari trafo 20 kV/1200 V sebagaimana yang sudah
dijelaskan di bagian trafo. Semikonduktor yang digunakan rectifier untuk
penyearahan adalah dioda versi presspack. Adapun metode pendingin yang dipakai
adalah dengan sistem heatpipe. Rectifier juga dilengkapi dengan arrester untuk
tegangan DC untuk melindungi rectifier dari sambaran petir pada jaringan LAA.
Duty class rectifier yang digunakan harus memenuhi standar JEC-2410 class S,
dengan persyaratan pembebanan sebagai berikut: 100% - kontinu, 150%
- selama 2 jam, 200% - selama 5 menit, 300% - selama 1 menit. Panel
DC Switchgear Panel DC Switchgear merupakan panel yang berfungsi untuk
mengatur input dan output tegangan 1500 VDC. Panel DC Switchgear terdiri dari
beberapa panel seperti terdiri dari: - Panel negative, berfungsi untuk menerima
input negatif 1500 VDC dari silicon rectifier dan memberikan ouput ke rel KRL.
Panel negative menggunakan switch tipe DS (Disconnecting Switch) karena panel
negative merupakan panel tempat arus balik dari rel, sehingga panel negative
ini tidak memerlukan proteksi untuk memutus sambungan dari rectifier ke jalur
rel secara cepat. Panel negative dilengkapi dengan relay 64P yang berfungsi
untuk mendeteksi gangguan tanah (Ground Fault). Jika terjadi ground fault pada
gardu traksi, yang ditandai dengan kenaikan beda tegangan antara negative
rectifier dan sistem ground dimonitor, relay 64P akan mengirim perintah open
pada HSCB yang mensuplai tempat yang mengalami ground fault tersebut. - Panel
main feeder, berfungsi untuk menerima input positif 1500 VDC dari rectifier dan
memberikan ouput ke busbar DC feeder. Panel main feeder menggunakan switch tipe
HSCB (High Speed Circuit Breaker) yang mampu untuk memutus sambungan dari
rectifier ke jaringan LAA secara cepat jika terjadi kondisi fault pada sistem.
Panel main feeder dilengkapi dengan relay proteksi yang berfungsi untuk
mendeteksi berbagai gangguan yang mungkin terjadi pada jaringan LAA seperti
over / under voltage, over current, short circuit, dan thermal overload. Jika
salah satu gangguan sistem terjadi, relay proteksi akan memerintah HSCB segera
trip untuk mencegah kerusakan yang dapat terjadi. Selain fungsi proteksi, relay
proteksi juga berfungsi untuk memonitor dan merekam kondisi tegangan 1500 VDC.
- Panel DC feeder, berfungsi untuk memberikan output positif 1500 VDC dari
busbar DC feeder ke LAA. Sebagaimana panel main feeder, DC feeder juga
dilengkapi dengan HSCB dan relay proteksi. DC feeder terdiri dari beberapa
panel, tergantung dengan jumlah LAA yang akan disuplai. Gardu traksi pada ujung
line rute KRL biasanya hanya memiliki 2 panel DC feeder yang akan mensuplai
satu LAA bagian hulu dan satu LAA bagian hilir. Adapun gardu traksi yang berada
di tengah line rute KRL biasanya memiliki 4 panel DC feeder yang akan mensuplai
dua LAA bagian hulu dan dua LAA bagian hilir. - Panel bypass, berfungsi sebagai
panel backup jika salah satu panel DC feeder mengalami kerusakan atau sedang
dalam kondisi maintenance. Panel bypass memiliki spesifikasi yang sama dengan
panel DC feeder, namun output dari panel bypass tidak langsung mensuplai
jaringan LAA. Panel bypass akan terhubung dengan setiap panel DC feeder dengan
menggunakan motorized DS yang terdapat di setiap panel tersebut. Jika salah
satu panel DC feeder tidak dapat beroperasi, operator dapat meng-close DS pada
panel tersebut, sehingga jaringan LAA tetap mendapat suplai 1500 VDC dari panel
bypass. Panel AC / DC Panel AC/DC merupakan panel yang berfungsi untuk
mendistribusikan tegangan low voltage AC 380 V untuk keperluan beban utility
dan tegangan DC 110 V untuk keperluan beban kontrol. Panel AC/DC memiliki dua
input tegangan AC 380 V, yaitu dari trafo 20 kV/380 V (yang bersumber dari jaringan
PLN 20 kV) dan dari trafo 6 kV/380 V (yang bersumber dari jaringan PDL 6 kV).
Di dalam panel AC/DC terdapat COS (Change Over Switch) yang akan mendeteksi
kedua sumber. Normalnya panel AC/DC disuplai dari trafo 20 kV/380 V, namun jika
sumber ini mengalamai gangguan COS akan mengganti input suplai menjadi dari
trafo 6 kV/380 V. Jika sumber dari trafo 20 kV/380 V sudah normal kembali, maka
COS akan mengganti kembali input suplai menjadi dari trafo tersebut. Output
panel AC/DC tegangan AC 380 V berfungsi untuk mensuplai peralatan seperti
charger baterai, exhaust fan, penerangan, serta soket listrik bangunan. Output
tegangan AC 220 V berfungsi untuk mensuplai heater pada panel 20 kV, 6 kV,
serta DC Switchgear, panel VCP, dan panel fire alarm. Output tegangan DC 110 V
berfungsi untuk mensuplai rangkaian kontrol pada panel 20 kV, 6 kV, serta DC
Switchgear, panel interkoneksi, dan panel LBD. Baterai dan Charger
Sistem kontrol pada gardu traksi, yang meliputi kontrol VCB, HSCB, LBS, relay
proteksi, relay 64P, dan sistem kontrol lainnya, menggunakan tegangan 110 VDC
untuk dapat beroperasi. Tegangan 110 VDC ini disuplai dari charger yang
dilengkapai dengan battery. Baterai yang digunakan adalah baterai tipe SLA
(Sealed Lead Acid) atau biasa disebut dengan baterai maintenance free (kering).
Keunggulan baterai jenis ini adalah tidak diperlukannya penambahan air secara
manual dan berkala oleh petugas gardu traksi. Kapasitas baterai akan selalu
dijaga dengan menggunakan charger. Charger yang dipakai merupakan rangkain
rectifier yang terregulasi outputnya. Charger baterai ini memiliki dua mode
operasi yaitu float dan equalize, yang mana kedua operasi ini dapat saling
berganti secara otomatis. Mode operasi yang normalnya aktif adalah float. Mode
operasi equalize akan aktif saat charger baterai tidak menerima input tegangan
AC selama lebih dari 5 menit. Mode operasi equalize ini akan dipertahankan
sehingga level tegangan baterai sudah penuh kembali, di mana mode operasi float
akan dipilih secara otomatis. Panel Interkoneksi Panel interkoneksi
merupakan panel PLC yang menghubungkan panel VCP dengan panel 20 kV, panel 6
kV, transformator, silicon rectifier, DC Switchgear, serta panel AC/DC. Panel
interkoneksi berfungsi mengumpulkan semua data status sistem gardu traksi yang ada
dari setiap panel dan komponen, lalu data tersebut akan dikirim ke panel VCP
untuk ditampilkan di display dan direkam ke sistem logger. Komponen-komponen
yang vital untuk dimonitor statusnya adalah kondisi VCB, LBS, HSCB, suhu dan
tekanan oli transformator, serta suhu rectifier. Untuk memonitor status-status
tersebut, setiap komponen memiliki fasilitas dry contact. Status dry contact
ini dapat dibaca oleh panel interkoneksi sebagai status komponen yang
dimonitor. Selain memonitor status gardu traksi, panel interkoneksi juga
berfungsi untuk meneruskan perintah dari panel VCP ke panel 20 kV, panel 6 kV,
serta DC Switchgear. Sebagai contoh, jika operator memerintahkan Vacuum Circuit
Breaker (VCB) pada panel 20 kV untuk open atau close pada display panel VCP,
panel interkoneksi akan menterjemahkan perintah tersebut ke VCB yang
bersangkutan. Perintah yang bisa diteruskan oleh panel interkoneksi adalah open
atau close VCB, open atau close HSCB, open LBS, serta open atau close HSCB.
Hubungan antara panel interkoneksi dengan panel-panel lainnya dapat dilihat
pada skema berikut. [caption id="attachment_3451"
align="alignleft" width="558" caption="Gambar :
Hubungan antara panel interkoneksi dengan panel-panel lainnya "][/caption]
Panel interkoneksi menggunakan komponen-komponen utama sebagai berikut: -PLC
Embedded PC, untuk memproses semua data masuk dan keluar panel interkoneksi.
-Card DI (Digital Input) dan DO (Digital Output), sebagai antarmuka antara PLC
dengan relay. -Card Ethernet Module, untuk komunikasi data antara panel
interkoneksi dengan DC Switchgear serta panel VCP dengan menggunakan komunikasi
data ---Modbus. -Relay, sebagai antarmuka antara panel interkoneksi dengan dry
contact pada komponen-komponen di panel 20 kV, panel 6 kV, trafo, dan
rectifier. Panel VCP (Visual Control Panel) Panel VCP merupakan panel
Human Machine Interface (HMI) yang berfungsi untuk memonitor keadaan sistem
gardu traksi dan menerima perintah open atau close switch (baik VCB, HSCB ataupun
LBS) dari operator. Operasi panel VCP ini berbasis touchscreen (layar sentuh)
yang menampilkan sistem gardu traksi secara keseluruhan. Panel VCP akan
mengirim perintah dari operator ke panel interkoneksi untuk meng-open / close
switch di panel MV atau langsung ke panel DC Switchgear untuk meng-open / close
HSCB. Data yang digunakan panel VCP untuk komunikasi adalah Modbus. Panel VCP
juga dapat dihubungkan dengan sistem SCADA terpusat seperti pada OCC Manggarai.
Panel VCP menggunakan komponen-komponen: -Display Touchscreen, untuk
menampilkan status sistem gardu traksi serta interface operator untuk
memerintahkan switch open atau close. -Hubswitch, untuk menerima dan mengirim
data dari dan ke panel interkoneksi. -Industrial PC, untuk memproses data serta
me-record semua event yang terjadi di gardu traksi. -Printer, untuk mencetak
hasil record data yang ada. LBD Panel Linked Breaking Device (LBD)
merupakan panel yang menghubungkan gardu traksi yang satu dengan gardu traksi
yang berada di sebelahnya untuk menghasilkan intertripping. Intertripping ini
adalah suatu metode proteksi memutus HSCB di DC Switchgear untuk mencegah
kondisi sistem yang tidak diharapkan seperti short circuit, ground fault dan
emergency. Akibat adanya trip dari HSCB DC Switchgear dari gardu traksi di
sebelah yang disebabkan oleh kesalahan sistem. Kedua gardu traksi ini saling
bertukar status data melalui panel LBD dengan menggunakan kabel fiber optic
sebagai interface media komunikasi dan TCP/IP Ethernet sebagai komunikasi
protocol. Setiap terjadi kesalahan sistem yang menyebabkan HSCB trip, panel LBD
akan mengirim perintah trip ke gardu traksi tetangga. Ketika status ini
diterima panel LBD sebelah, HSCB di DC Switchgear akan trip juga. Panel LBD
menggunakan komponen-komponen: - Display, untuk memperlihatkan sistem LBD gardu
traksi dan gardu traksi tetangganya. - PLC, untuk memproses data sistem LBD -
ODF, sebagai terminal fibre optic untuk komunikasi antar gardu traksi. - Modem
Optic – Ethernet, untuk mengkonversi data dari Ethernet ke Optic - Relay, untuk
memerintahkan fasilitas intertrip pada HSCB di DC Switchgear. Sudah banyak
proyek gardu traksi yang dikerjakan oleh Len. Proyek gardu traksi yang
pertama kali adalah gardu traksi di Parung Panjang (3000 kW) pada tahun 2008.
Setahun setelah itu tahun 2009 Len mengerjakan gardu traksi di Maja (3000 kW)
dan Cilejit (3000kW). Pada tahun 2010, Indonesia mendapat bantuan pinjaman dari
KfW (Kreditanstalt für Wiederaufbau) Jerman, untuk pengerjaan proyek gardu
traksi. Len merupakan perusahaan yang ditunjuk pemerintah untuk mengerjakan
proyek KfW ini yang meliputi gardu traksi di lokasi Kedung Badak (1500 kW),
Cilebut (3000 kW), Bojong Gede (4000 kW), Citayam (4000 kW), Pasar Senen (4000
kW), dan sistem SCADA untuk mengontrol gardu traksi ini secara jarak jauh
(remote) di OCC Manggarai. Kemudian di tahun 2011, Len mengerjakan proyek gardu
traksi di Lenteng Agung (4000 kW), Pasar Minggu (4000 kW), dan Jatinegara (3000
kW). Pada tahun 2012 ini Tim Gardu Traksi Len sedang mengerjakan gardu traksi
di Klender (4000 kW), Pesing (4000 kW) dan Tangerang (4000 kW). Pada awalnya
proyek gardu traksi ini menggunakan sistem yang semuanya built up dari luar
negeri seperti sistem dari Siemens atau Secheron. Namun semenjak proyek gardu
traksi di Jatinegara, Tim Gardu Traksi Len sudah bertindak sebagai sistem
integrator serta memproduksi sendiri panel-panel kontrol seperti panel
interkoneksi, panel VCP (Visual Control Panel) serta panel LBD (Linked Breaking
Device), di samping masih menggunakan produk jadi dari produsen lokal untuk
panel 20 kV, panel 6 kV, trafo, serta produk jadi dari produsen luar negeri
untuk silicon rectifier dan DC Switchgear. Sebagai sistem integrator, Len
bertanggung jawab untuk mengintegrasikan komponen-komponen gardu traksi baik
dari sistem power maupun sistem kontrol gardu traksi. Proses pengintegrasian
mencakup penyambungan input 20 kV dari PLN, penyambungan koneksi antar panel
gardu traksi, penyambungan output 1500 VDC ke sistem LAA, serta penyambungan
output 6 kV ke sistem PDL. Penyambungan ke sistem LAA dan PDL itu sendiri
memerlukan modifikasi jaringan LAA dan PDL yang sudah ada. Semua proses
pengintegrasian ini sudah dikuasai oleh Tim Gardu Traksi Len. Di masa yang akan
datang, Tim Gardu Traksi Len bekerja sama dengan Divisi Pusat Teknologi dan
Inovasi berencana untuk memproduksi sendiri silicon rectifier yang akan
dipergunakan dalam sistem gardu traksi yang akan memberikan nilai tambah yang
cukup signifikan. Adapun kapasitas baterai akan selalu dijaga dengan
menggunakan charger. Charger yang dipakai merupakan rangkain rectifier yang
terregulasi outputnya. Charger baterai ini memiliki dua mode operasi yaitu
float dan equalize, yang mana kedua operasi ini dapat saling berganti secara
otomatis. Mode operasi yang normalnya aktif adalah float. Mode operasi equalize
akan aktif saat charger baterai tidak menerima input tegangan AC selama lebih
dari 5 menit. Mode operasi equalize ini akan dipertahankan sehingga level
tegangan baterai sudah penuh kembali, di mana mode operasi float akan dipilih secara
otomatis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar